Jumat, 20 Maret 2009

Sukseskah Program Sego Segawe?



Sebenarnya beberapa tahun yang lalu Sri Sultan Hamengku Buwono X, sudah mendeklarasikan mengenai program "Jogja Untuk Sepeda". Akan tetapi respon dari masyarakat sangatlah minim. Mungkin masyarakat Yogyakarta lebih menyukai hal - hal yang serba instan, seperti mengendarai motor dan mobil, daripada bersepeda. Bersepada memang lebih lama daripada mengendarai kedua kendaraan tersebut. Semisal, pegawai kantor, berangkat kerja dengan menggunakan sepeda, sesampai dikantor mungkin akan merasakan capai, karena belum terbiasa, sesudah sampai kantorpun, harus menguras tenaga dan pikiran untuk melakukan pekerjaannya. Hal tersebut merupakan contoh dari aspek psikologis. Sedangkan dari aspek sarana, mengapa orang - orang enggan memakai sepeda untuk bepergian ke sekolah maupun kekantor. Sarana tempat parkir sepeda di Yogyakarta sangatlah minim sekali, bahkan sama sekali tidak nampak. Tidak nampak dalam arti sarana tempat parkir sepeda tercampur dengan tempat perkir mobil dan sepeda motor. Seharusnya Pemkot Yogyakarta, juga menyediakan jalur sepeda khusus untuk para pemakai sepeda. Sayang sekali beberapa waktu lalu, Bapak Walikota Yogyakarta, Pak Heri Yudianto. Telah mengirimkan surat kebeberapa sekolah di Yogyakarta, yang berisi ajakan untuk bersepeda kesekolah, bagi siswa yang rumahnya berjarak kurang 3km, dari sekolah siswa tersebut. Bahkan program Sego Segawe pun diberlakukan untuk para pekerja. Namun ironis sekali, program Pemkot tersebut, serta - surat yang telah dikirimkan oleh walikota Yogyakarta. Surat itu layaknya hanya seperti habis manis sepah dibuang, setelah diumumkan disekolah murid - murid antusias mendengarkan, akan tetapi layaknya kabar angin belaka, berlalu begitu saja, bahkan bisa di hitung dengan jari tangan. Berapa orang siswa dalam satu sekolah yang mengendarai sepeda ke sekolah. Namun hal ini hanya terjadi di kota saja, akan tetapi di desa -desa seperti kecamatan dan kabupaten, masih banyak siswa - siswa yang mengendarai seped kesekolah. Hal itu mungkin terjadi karena beberapa faktor. Program Sego Segawe merupakan singkatan dari " Sepeda Kanggo Sekolah Lan Nyambut Gawe". Sego Segawe diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X bersama Walikota Yogyakarta Bapak Heri Yudianto, pada tanggal 13 Oktober 2008 di Alun - Alun Utara Yogyakarta. Acara peresmian ini dikuti oleh bebrapa instansi di Yogyakarta, para pelajar sekolah - sekolah di Yogyakarta, serta masyarakat Yogyakarta. Semoga program Sego Segawe tak hanya di pandang sebelah mata saja oleh masyarakat. Karena dampak positif dari program Sego Segawe amatlah besar, untuk mengembalikan kota Yogyakarta seperti tahun 1980-an dulu, yaitu Yogyakarta yang asri, bersih, nyaman, bebas dari polusi udara. Mungkinkah seiring dengan kemajuan tekhnologi, program Sego Segawe ini masih bisa dipertahankan?

Sabtu, 14 Maret 2009

Sampah Kota Yogyakarta Tapi Kami Bukan Sampah


Kebersihan kota Yogyakarta menurut saya,,,sudah bersih. Tapi tidak habis pikir, banyak sekali orang yang mengatakan kotor. Padahal kalau kita secara logis, siapa yang mengotori? Jawabannya hanya satu, ya kita sendiri. Kenapa antara masyarakat utara dan selatan saling mengolok - olok mengenai kebersihan antar daerah di Yogyakarta? Juga mengenai kami yang hidup dijalanan. Walah pak, pak sudah enggak jaman mengolok - olok mengenai kebersihan, orang kita sendiri saja jorok. Tapi pengemis juga manusia dia bukan sampah. Jangan mengolok - olok dong!!! Kami bukan sampah!!!
Mendingan gotong royong euy pak...enggak usah ngabis - ngabisin suara!!! Mendingan ngasih seratus perak di Malioboro, daripada ngomel - ngomel...He..he..he..Pak Walikota, Kota Kita Kota Jogja bersih lo, Pak!!! Tapi nasib kami para pengemis bagaimana?
Kaleng, plastik, botol, dan segala bentuk sampah sudah diangkut truk kuning, tapi jangan angkut kami. Sampah bisa di daur ulang, tapi kami tidak bisa didaur ulang, kecuali dengan bekerja, itulah daur ulang kami. Mendaur ulang perut agar tak lapar, mendaur ulang pakaian agar dapat tampil cakap seperti anda para pejabat.
Kami mau lo, memakai pakaian sampah,, di daur ulang tentunya. Tapi kami para pengemis juga mengajak masyarakat untuk berlaku bersih di jalan, maupun tempat umum. Karena itu tempat tinggal kami. Daur ulang, sampah juga tidak apa - apa yang penting tidur di Kota Yogyakarta Berhati Nyaman. Tapi tolong perhatikan kami juga!!!

Rabu, 14 Januari 2009

CERITA ANOMAN


Di sini saya tidak akan menceritakan Anoman secara gamblang, akan tetapi kekagumanku pada kera putih ini. Akan tetapi mengenai fenomena sekarang, apabila kera yang satu ini hidup pada zaman sekarang. Mungkin karena kehebatan kera yang satu ini, akan menjadi rebutan seantero Indonesia, bahkan seantero dunia. Wah lama - lama kehebatan kera ini bisa membuat Indonesia dikenal lebih luas oleh jagat raya. Karena semua orang ingin memilikinya. Ha...ha..ha...mungkin ini hanya guyonan belaka,,,tetapi apakah mungkin kera tersebut ada?

Ceritane wayang Ramayana
Sowan taman sinto dijak mulih....

Sepotong lagu "Anoman Obong", mungkin kalian pernah mendengarnya. Tetapi sayang Anoman hanya hidup sebagai simbol saja. Simbol pembuka jalan kehidupan. Mungkin Anoman di Indonesia sekarang hanyalah Anoman perusuh saja, para koruptor yang bertindak secerdik Anoman.

Rabu, 07 Januari 2009

Monumen Jogja Kembali


Tahukah anda obyek wisata Yogyakarta, yang berbentuk gunung serta menyerupai kerucut? Lebih detailnya lagi obyek wisata ini beralamat di Jongkang kelurahan Sariharjo, Ngaglik Sleman. Obyek wisata yang di bangun pada tanggal 29 Juni 1985.

Obyek wisata itu lebih familiar dengan nama Monjali yaitu kepanjangan dari Monumen Jogja Kembali. Nama tersebut di berikan sebagai tanda bahwa Negara Kesatuan Indonesia telah kembali dan bebas dari para penjajah.

Memasuki monumen ini, sangat terasa sekali perjuangan para pahlawan ketika memperjuangkan bangsa Indonesia. Di dalam monumen tersebut terdapat replika pesawat terbang, rekaan peperanga, rekaan pertemuan para tokoh pahlawa, serta terdapat pula ruang untuk mendoakan para pahlawan yang telah gugur.

Setitik Mengenai Kotaku


Sebenarnya nama Yogyakarta berasl dari kata Ayodya, yaitu merupakan nama kerajaan Prabu Sari Rama. Dalam cerita Ramayana.
Berdirinya Yogyakarta di tandai dengan adanya perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, yang di tanda tangani oleh seorang kompeni Belanda yaitu Gubernur Nicholas Hartingh.
Isi dari Perjanjian Giyanti adalah :
*Negara Mataram di bagi menjadi dua, yang satu milik Mangkubumi dan yang satu menjadi milik Surakarta.

Kota Yogyakarta baru diakui pada tanggal 7 Oktober 1756, sebagai Ibu Kota Kasultanan Yogyakarta. Setiap tanggal 7 Oktober warga Yogyakarta selalu memperingatinya sebagai hari jadi Kota Yogyakarta, baik itu secara spiritual kraton maupun dengan mengadakan perlombaan.

Di Indonesia hanya ada dua Propinsi yang di sebut sebagai Daerah Istimewa yakni Daerah Istimewa Aceh dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengapa di sebut demikian ?
Karena Yogyakarta sejak dahulu hingga sekarang berstatus kerajaan dengan kepemimpinan Sultan.

Rabu, 31 Desember 2008

TAMAN SARI YOGYAKARTA


Pesanggrahan Taman Sari, sekarang lebih dikenal dengan sekarang lebih dikenal dengan nama Taman Sari, dan dipergunakan sebagai tempat wisata. Lokasinyapun akurat tidak terlalu jauh dari keraton Yogyakarta, yaitu di sebelah barat keraton Yogyakarta. Para penjaja angkutan tradisionalpun, seperti tukang becak dan kusirpun tahu tentang sejarah Taman Sari ini. Bahkan mereka juga terkadang bertindak seperti layaknya guide wisata, mereka menjelaskan apa dan bagaimana Taman Sari. Para kusir dan tukang becak inipun terkena imbas baiknya lo....yaitu mereka mendapatkan upah yang sedikit lebih tinggi dan yang ke dua mereka bisa mengajari para turis asing berbahasa Jawa dan merekapun dapat belajar bahasa Inggris. Wah, sungguh simbiosis mutualisme.

Taman Sari dahulu merupakan tempat persiggahan, serta peristirahatan para putri raja, dan para selir - selirnya. Kabarnya raja mempunyai lebih dari dua puluh selir. Di Taman Sari, terdapat dua kolam. Kolam yang pertama di gunakan mandi oleh para selir - selirnya, sedangkan kolam yang ke dua di gunakan mandi oleh praja dan selir yang dipilih oleh raja itu sendiri melalui sayembara. Sayembara tersebut seperti ini, para selir berkumpul di dalam kolam, kemudian sang raja akan melemparkan sebuah bunga ke arah para selir - selir tersebut. Kemudian jika ada salah satu selir yang bisa menangkap bunga tersebut maka dia berhak mandi dengan sang raja.

Wah...pokoknya menarik sekali. Akan lebih menarik lagi kalau kita mendatanginya. Dengan dikelilingi beteng berwarna putih, membuat tempat ini semakin anggun.

Sabtu, 27 Desember 2008

Fenomena Kulinar Jogja Menurut Pandangan Saya


Mendengar kata kuliner saja, di ujung kepala saya langsung membayangkan makanan yang lezat - lezat. Dari cita rasa masakan Indonesia, hingga cita rasa masakan luar negri... Hmm....yummy banget. Jujur saja, saya bukan pecinta kuliner, yang membuat saya tertarik dengan kuliner adalah keragaman cita rasa yang terdapat pada masakan tersebut. Membuat saya selalu teringt- ingat pada gambar pulau Indonesia yang terdapat didalam peta Indonesia.
Perkembangan kuliner di Yogyakarta ini, menurut saya sangat maju pesat. Selain mempromosikan dan menjajakan makanan asal Yogyakarta kepada publik umum, juga berhasil mempromosikan dan menjajakan makanan asal luar kota Yogyakarta. Bahkan makanan yang bercita rasa Jepangpun laku dipromosikan dan dijajakan di kota pelajar ini.
Mungkin dalam hal ini masyarakat sudah tidak mempedulikan harga, dari mana makanan tersebut berasal, serta kandungan gizi dan proteinnya. Akan tetapi lebih mengarah ke cita rasa yang disajikan oleh para penjaja kuliner.
Mungkin alangkah baiknya apabila para penjaja kuliner tersebut menjelaskan kandungan gizi dan protein sewaktu mereka manjajakan makanannya. Apabila makanan tersebut tidak terdapat kandungan gizi atau protein, katakaanlah kepada pembeli.Toh, menurut saya hal tersebut tidak begitu mempengaruhi keinginan pembeli untuk tidak membeli makanan tersebut. Seperti halnya fenomena para pembeli, pasti mempunyai moto," Enak, halal, serta sesuai dengan indra pengecapnya".
Sebagai orang asli Yogyakarta, saya lebih menyukai makanan yang bercita rasa pedas dan manis. Seperti halnya gudeg, kedua rasa tersebut menurut saya terpadu dengan sempurna, baik gudeg basah maupun gudeg kering. Tetapi sekali lagi, saya bukan pecinta kuliner, tapi bukan berarti saya tidak menyukai makanan-makanan tersebut. Selera indra pengecap saya, tidak hanya terpatok pada satu cita rasa. Hmm...seperti yang saya sebutkan tadi enak, halal, serta sesuai dengan indra pengecap saya.
Selama ini saya, melihat cara penyajian serta cara berpromosi para penjaja kuliner di Yogyakarta sangat bagus sekali. Walaupun sentuhan modern masih melekat, tak lupa mereka menambahkan kesan tradisionalnya. Mungkin mereka melakukan hal ini, bertujuan
untuk melakukakan tindakan demontration effect, tetapi pada kenyataanya mayoritas hal tersebut berhasil juga, bahkan tak hanya menarik warga masyarakat Yogyakarta saja, turis asingpun tak ayal menikmati sajian.
untuk melakukakan tindakan demontration effect, tapi ternyata mayoritas berhasil juga, bahkan tak hanya menarik warga masyarakat Yogyakarta saja, turis asingpun tak ayal menikamati sajian